Selasa, 24 Mei 2011

revolusi sektor jasa

Nama : Rio Wahyudi
NPM : 26210011
Kelas : 1EB12

Revolusi Sektor Jasa

Dalam bahasa pemasaran, produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada para konsumen atau pelanggan, baik berupa barang maupun jasa. Produk berupa barang adalah produk-produk yang dapat kita lihat atau raba. Sedangkan produk berupa jasa adalah produk-produk yang tidak dapat kita lihat atau raba, namun dapat kita rasakan manfaatnya. Contoh produk berupa barang adalah komputer, mesin cuci, kulkas, tempat tidur, dan lain-lain. Sedangkan contoh produk berupa jasa adalah Jasa Asuransi, pembantu rumah tangga, Jasa Servis Komputer, bengkel kendaraan bermotor, dan lain-lain. Pada kenyataannya seperti yang kita ketahui selama ini, terdapat lebih banyak perusahaan-perusahaan yang bergerak pada bidang produk berupa barang dibandingkan dengan jasa. Apakah produk berupa jasa dapat berkembang dan bersaing dengan produk berupa barang?

Menurut Philip Kotler, jasa adalah “Setiap tindakan atau perbuatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya bersifat intangible (tidak berwujud fisik) dan tidak menghasilkan kepemilikian sesuatu”.

Empat sektor utama yang ada di Indonesia yang merupakan sektor jasa, yaitu :
1. Sektor pemerintah
Kantor pos, kantor pelayanan pajak, kantor polisi, rumah sakit.
2. Sektor nirlaba swasta
Sekolah, universitas, rumah sakit, yayasan.
3. Sektor bisnis
Perbankan, hotel, perusahaan asuransi, konsultan.
4. Sektor manufaktur
Akuntan, operator komputer, penasihat hukum, arsitek.

Jasa memiliki sejumlah karakteristik yang membedakannya dengan barang. Berikut merupakan karakteristik-karakteristik jasa, diantaranya :
1. Intangibility
Jasa berbeda dengan barang. Bila barang merupakan suatu objek, alat, atau benda maka jasa adalah suatu perbuatan, pengalaman, proses, kinerja (performance). Oleh karena itu, jasa tidak dapat dilihat, dirasa, dicium, didengar, atau diraba sebelum dibeli dan dikonsumsi.
2. Inseparability
Barang biasanya diproduksi, kemudian dijual lalu dikonsumsi. Sedangkan jasa dijual lebih dulu, baru kemudian diproduksi dan dikonsumsi pada waktu dan tempat yang sama.
3. Variability/heterogeneity
Jasa bersifat sangat variable karena merupakan non standardized output, artinya banyak variasi bentuk, kualitas, dan jenis, tergantung pada siapa, kapan, dan di mana jasa tersebut diproduksi.
4. Perishability
Berarti jasa tidak tahan lama dan tidak dapat disimpan. Bila permintaan bersifat konstan, kondisi tersebut tidak menyebabkan masalah. Namun kenyataannya permintaan terhadap jasa sangat fluktuasi.
5. Lack of ownership
Pada pembelian barang, konsumen memiliki hak penuh atas produk yang dibelinya. Pada pembelian jasa, pelanggan hanya memiliki akses personal atas suatu jasa untuk jangka waktu tertentu.

Perekonomian Indonesia di Masa Depan

Nama : Rio Wahyudi
NPM : 26210011
Kelas : 1EB12

Perekonomian Indonesia di Masa Depan

Pada awal kampanye dan pemerintahan SBY (Susilo Bambang Yudhoyono), pemerintah memiliki tiga visi utama untuk meningkatkan perekonomian Negara yaitu, pro-growth (peduli terhadap pertumbuhan yang terjadi di Indonesia), pro-job (peduli terhadap lapangan pekerjaan yang ada di Indonesia), dan pro-poor (peduli terhadap kemiskinan yang terjadi di Indonesia). Menurut Ali Sakti (Junior Researcher Bank Indonesia), ketiga visi tersebut sudah cukup sesuai dengan tujuan ekonomi syariah. Perbedaan hanya terletak pada penempatannya, karena yang harus diutamakan adalah pro-poor. Ketika kebutuhan dasar masyarakat sudah terpenuhi dan jumlah kemiskinan berkurang, langkah selanjutnya adalah penciptaan pekerjaan. Sedangkan pro-growth pada akhirnya akan meningkat secara otomatis karena merupakan dampak dari peningkatan dua hal pertama. Selain faktor ekonomi, faktor warisan kebudayaan juga memiliki dampak terhadap peningkatan stabilitas ekonomi Indonesia. Seperti ramah tamah,murah senyum, gotong royong, dan lain-lain.

Terlepas dari itu semua, permasalahan ekonomi Indonesia juga terlihat cukup kompleks. Mulai dari jumlah pengangguran yang semakin meningkat, kesenjangan pendapatan di masyarakat, kurangnya etika berekonomi, dan pengetahuan manajemen. Namun, Indonesia masih memiliki sumber daya alam yang melimpah dan potensial pasar yang cukup besar. Bersesuaian dengan hal itu, visi ekonomi syariah juga sejalan untuk memecahkan permasalahan di atas, yaitu ekonomi yang beretika, good corporate governance, transparan, dan mendukung real sector.

Program Pembangunan Jangka Panjang (PJPP) yang dibuat pemerintah hingga tahun 2025, memiliki beberapa tujuan seperti peningkatan sektor pertanian dan pertambangan, angka kemiskinan di bawah 5%, pendapatan perkapita USD 6000, hingga kemandirian pangan. Lalu, yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana peran atau kontribusi ekonomi Islam untuk mendukung program jangka panjang pemerintah tersebut?

Di antara langkah yang harus diambil pemerintah adalah dengan membangun system dan sektor sosial syariah. Selain itu juga perlunya perluasan jaringan perdagangan yang intensif dengan negara-negara muslim. Hal ini mengingat bahwa pemerintah sudah terlalu lama bekerja sama dengan Negara atau organisasi dari barat, seperti IMF. Selain hal tersebut, hal yang paling mendasar adalah menciptakan sistem pendidikan dengan basis ilmu dan yang terpenting moral. Sehingga nantinya akan terbangun sistem keuangan syariah yang solid.

Sedangkan dalam Rancangan Program Jangka Menengah (RPJM) diperlukan revitalisasi pertanian, mengingat Indonesia yang dikenal sebagai Negara agraris dengan jumlah petani sekitar 25 juta orang, memiliki potensi besar sehingga seharusnya tidak diperlukan lagi melakukan impor beras dari Negara-negara lain, khususnya Negara-negara tetangga. Hal lain yang perlu diingat adalah pengembangan koperasi dan UMKM. Pada masa pasca-krisis tahun 1998, sektor menengah perekonomian banyak yang beralih ke bidang UMKM. Hal tersebut ternyata mampu meningkatkan ketahanan UKM karena terciptanya transformasi ilmu manajemen yang baik. Selain itu diharapkan juga terciptanya iklim tenaga kerja yang baik.

Untuk mewujudkan dan mendukung program pemerintah tersebut, beberapa hal lain yang harus dilakukan, diantaranya:
1. Amandemen undang-undang berkenaan dengan hal zakat, optimalisasi fungsi Baznas sebagai regulator terhadap LAZ sebagaimana halnya Bank Indonesia terhadap bank-bank lain yang ada di Indonesia, pembuatan RUU (Rancangan Undang-Undang) mengenai Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS), dan kebijakan Upah Minimun Regional (UMR) yang dioptimalkan dengan distribusi zakat yang baik.
2. Kerja sama perdagangan dan investasi dengan negara-negara muslim khususnya di Timur-Tengah.
3. Sinergi yang baik antara otoritas pendidikan dan agama (Diknas dan Depag), program pendidikan di Perguruan Tinggi. Hal ini perlu dilakukan untuk menciptakan sumber daya insani yang tidak hanya berilmu tetapi juga bermoral.
4. Perlu adanya Bank Syariah BUMN, pengelolaan dana haji dan ziswaf, tersusun dan teraplikasikan-nya sistem keuangan di Indonesia termasuk sistem perpajakan yang kondusif, Rancangan Undang-Undang (RUU) sebagai landasan hokum aplikasi Lembaga Keuangan Syariah, Perbankan Syariah sebagai salah satu sistem keuangan Indonesia.

Transformasi Industri


Nama   : Rio Wahyudi
NPM   : 26210011
Kelas   : 1EB12

Transformasi Industri

Pembangunan Ekonomi dalam periode jangka panjang, pada dasarnya memiliki empat dimensi pokok antara lain :
  1. Pertumbuhan
  2. Penanggulangan Kemiskinan
  3. Perubahan atau Transformasi ekonomi
  4. Keberlanjutan pembangunan masyarakat agraris menjadi masyarakat industri

Transformasi struktural merupakan persyaratan dari peningkatan kesinambungan pertumbuhan dan penanggulangan kemiskinan, sekaligus pendukung bagi kelanjutan pembangunan. Pada kenyataannya, pertumbuhan ekonomi di Indonesia tidak disertai dengan perubahan struktur tenaga kerja yang berimbang, artinya titik balik untuk aktivitas ekonomi tercapai lebih dahulu dibanding titik balik penggunaan tenagakerja, sehingga terjadi masalah-masalah yang seringkali diperdebatkan, diantaranya apakah pangsa PDB sebanding dengan penurunan pangsa serapan tenaga kerja sektoral dan industri mana yang berkembang lebih cepat, agro industri atau industri manufaktur. Apabila transformasi kurang seimbang, dikhawatirkan akan terjadi proses pemiskinan dan eksploitasi sumber daya manusia pada sektor primer.

Proses perubahan struktur perekonomian di Indonesia ditandai dengan :
  1. Merosotnya pangsa sektor primer (pertanian)
  2. Meningkatnya pangsa sektor sekunder (industri)
  3. Pangsa sektor jasa kurang lebih konstan, tetapi kontribusinya akan meningkat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi.

Dalam menganalisis struktur ekonomi terdapat dua teori utamayaitu, teori Arthur Lewis (Teori Migrasi) dan Hpllins Chenery (Teori Tranformasi Struktural). Dalam teorinya, Lewis mengasumsikan bahwa perekonomian suatu negara pada dasarnya terbagi menjadi dua yaitu, perekonomian tradisional di pedesaan yang didominasi sektor pertanian dan perekonomian modern di perkotaan dengan industri sebagai sektor utama. Di pedesaan, pertumbuhan penduduknya tinggi sehingga terjadi kelebihan supplies tenaga kerja, akibat over supplies tenaga kerja ini, tingkat upah menjadi sangat rendah. Sebaliknya, di perkotaan, sektor industri mengalami kekurangan tenaga kerja. Hal ini menarik banyak tenaga kerja pindah dari sektor pertama ke sektor kedua sehingga terjadi suatu proses migrasi dan urbanisasi. Selain itu, tingkat pendapatan di negara bersangkutan meningkatsehingga masyarakat cenderung mengkonsumsi macam-macam produk industri dan jasa. Hal ini menjadi moto utama pertumbuhan output di sektor-sektor non pertanian. 

Teori Chenery memfokuskan pada perubahan struktur dalam tahapan proses perubahan ekonomi di suatu negara yang mengalami transformasi dari pertanian tradisional ke sektor industri sebagai mesin utama pertumbuhan ekonomi. Faktor-faktor penyebab transisi ekonomi yaitu :
  1. Kondisi dan Struktur awal ekonomi dalam negeri.
  2. Besarnya pasar dalam negeri.
  3. Pola distribusi Pendapatan.
  4. Karakteristik Industrialisasi.
  5. Keberadaan Sumber Daya Alam. 
  6. Kebijakan Perdagangan Luar Negeri.

Kasus yang ada di Indonesia yaitu:
·         Perubahan struktur ekonomi boleh dikatakan cukup pesat. Periode sejak tahun1983 hingga krisis ekonomi peran sektor-sektor primer cenderung menurun sedangkan sektor sekunder (seperti industri manufaktur, listrik, gas, air, serta konstruksi) dan sektor tersier (perdagangan, hotel, restoran,transportasi&komunikasi, bank & keuangan, serta kegiatan-kegiatan ekonomi lainnya) terus meningkat.
·         Pada sektor pertanian sendiri juga telahterjadi perubahan struktur ekonomi antar sub-sektor yang tidak seimbang dengan perubahan struktur pangsa penyerapan tenaga kerja. Beban penumpukan tenaga kerja yang terjadi saat ini pada sektor pertanian tidak terdistribusi dengan merata pada masing-masing subsektor, dimana hampir semuanya ditanggung sub-sektor tanaman pangan sehingga kondisi keluarga petani tanaman pangan semakin memprihatinkan. Pengembangaan teknologi pertanian terutama pada daerah-daerah yang kelebihan tenaga kerja sebaiknya diarahkan pada inovasi teknologi sarat tenaga kerja, sehingga masalah kelebihan tenaga kerja tersebut dapat dikurangi.
·         Secara umum telah terjadi perbaikan kualitas sumber daya manusia di Indonesia, terbukti komposisi penduduk dengan pendidikan setara,  pendidikan setara pendidikan menengah ke atas semakin besar,sebaliknya komposisi penduduk dengan tingkat pendidikan sekolah dasar ke bawah berkurang. Namun, perbaikan kualitassumber daya manusia tersebut tidak diikuti oleh adanya kemampuan dari pemerintah Indonesia untuk menciptakan kesempatan kerja sesuai dengan kualifikasi dari perbaikan kualitas sumber daya manusia tersebut.

kemiskinan


Nama   : Rio Wahyudi
NPM   : 26210011
Kelas   : 1EB12

Kemiskinan

Kemiskinan adalah suatu keadaan dimana seseorang tidak mampu untuk memenuhi kebutuhannya sendiri seperti kebutuhan pokok dan kebutuhan sehari-hari, misalnya makanan, pakaian, perumahan (tempat berlindung dari siang dan malam), dan lain-lain. Kemiskinan dapat terjadi apabila alat pemenuhan kebutuhannya bersifat terbatas (langka) atau dapat pula terjadi karena sulitnya akses (jangkauan) terhadap pekerjaan dan pendidikan. Kemiskinan merupakan sebuah masalah global yang pastinya ada di Negara manapun, meski di Negara maju sekalipun.

Kemiskinan merupakan gambaran dari beberapa hal yang ada di bawah ini, diantaranya:
·        Gambaran kekurangan materi seperti kekurangan pada kebutuhan-kebutuhan pangan, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Dengan demikian, kemiskinan dalam hal ini dapat diartikan sebagai suatu kelangkaan pada kebutuhan dan pelayanan dasar.
·        Gambaran kebutuhan social seperti keterkucilan social, ketergantungan, dan ketidakmampuan dalam berpartisipasi di masyarakat. Hal ini mencakup pendidikan dan informasi.
·        Gambaran tentang kurangnya penghasilan (kekayaan) yang mencukupi. Kata “mencukupi” di sini, dapat bermakna majemuk sesuai dengan sudut pandang yang digunakan, entah itu dari sudut politik, maupun ekonomi yang ada di seluruh dunia.

Kemiskinan disebabkan oleh beberapa penyebab, diantaranya :
·        Penyebab individual, disebut juga sebagai patologis, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari pilihan, perilaku, dan kemampuan dari si orang miskin tersebut.
·        Penyebab keluarga, yang menghubungkan antara kemiskinan dengan pendidikan keluarga.
·        Penyebab sub-budaya, disebut juga sebagai subcultural, yang menghubungkan kemiskinan dengan kehidupan sehari-hari, yang dilihat (dipelajari) dalam lingkungan sekitarnya.
·        Penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari perbuatan orang lain, misalnya peperangan, perekonomian, dan pemerintahan.
·        Penyebab struktural, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari struktur sosial yang ada.

Berikut ini adalah beberapa upaya kecil untuk mengurangi bahkan menghilangkan kemiskinan, diantaranya :
·        Membantu si orang miskin tersebut secara langsung, seperti memberikan barang-barang kita yang masih layak digunakan.
·        Mengubah situasi si orang miskin tersebut berdasarkan perorangan melalui hukuman, pendidikan, kerja sosial, pencarian kerja, dan lain-lain.
·        Menyediakan bantuan kepada orang-orang yang sepertinya lebih miskin dari si orang miskin tersebut, seperti orang tua yang kemampuannya sudah terbatas dalam melakukan hal-hal tertentu dan yang membutuhkan pelayanan kesehatan.