Pengaruh Keadaan Geografis (Iklim)
terhadap Tingkat Penjualan Pakaian
TUGAS KARANGAN ILMIAH
Disusun
guna memenuhi tugas mata kuliah softskill Bahasa Indonesia 2
dengan
dosen Ibu Desi Restiani
Disusun oleh:
Nama : Rio Wahyudi
Kelas : 3EB01
NPM : 26210011
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS GUNADARMA
DEPOK
2012
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan
kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkah rahmat dan kasih-Nya penulis
dapat menyelesaikan penulisan karangan ilmiah ini yang berjudul “Pengaruh
Keadaan Geografis (Iklim) terhadap Tingkat Penjualan Pakaian”.
Karangan ilmiah ini dibuat dengan
tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah softskill Bahasa Indonesia 2 dengan
dosen Ibu Desi Restiani dan untuk berbagi pengetahuan kepada para pembaca
berupa pengetahuan mengenai beberapa hal yang bisa saja mempengaruhi tingkat
penjualan pakaian.
Dalam penulisan karangan ilmiah ini
penulis menyadari akan segala keterbatasan dan kekurangan penulis dalam membuat
karangan ilmiah ini. Akhirnya penulis juga mengucapkan banyak terima kasih bagi
seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam membuat karangan ilmiah ini,
baik secara langsung maupun tidak langsung.
Depok,
20 November 2012
Penulis
Rio
Wahyudi
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Semua orang pasti memiliki
kebutuhan, baik jasmani maupun rohani. Apa sih arti dari kebutuhan itu sendiri?
Kebutuhan merupakan salah satu aspek psikologis yang menggerakkan mahluk hidup
dalam aktivitas-aktivitasnya dan menjadi dasar (alasan) berusaha. Pada
dasarnya, manusia bekerja mempunyai tujuan tertentu, yaitu memenuhi kebutuhan.
Kebutuhan tidak terlepas dari kehidupan sehari-hari, selama hidup manusia
membutuhkan bermacam-macam kebutuhan, seperti makanan, pakaian, perumahan,
pendidikan, dan kesehatan. Kebutuhan dipengaruhi oleh kebudayaan, lingkungan,
waktu, dan agama. Semakin tinggi tingkat kebudayaan suatu masyarakat, semakin
tinggi / banyak pula macam kebutuhan yang harus dipenuhi.
Menurut
tingkatan atau intensitasnya, kebutuhan terbagi ke dalam tiga kelompok, yaitu:
1.
Kebutuhan Primer, adalah kebutuhan yang sangat harus terpenuhi, artinya apabila
kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, maka manusia akan mengalami kesulitan dalam
hidupnya. Contohnya adalah sandang berupa pakaian, pangan berupa
makanan/minuman, papan berupa tempat tinggal, dan pekerjaan.
2.
Kebutuhan Sekunder, adalah kebutuhan yang pemenuhannya setelah kebutuhan primer
terpenuhi. Contohnya adalah pendidikan, pariwisata, rekreasi, dan semacamnya.
3.
Kebutuhan Tersier, adalah kebutuhan yang dipenuhi setelah kebutuhan primer dan
sekunder terpenuhi. Contohnya adalah mobil, motor, komputer, handphone, i-pad,
dan lain-lain.
Terkait dengan judul di atas, pakaian
merupakan kebutuhan pokok manusia selain makanan dan tempat berteduh/tempat
tinggal (rumah). Manusia membutuhkan pakaian untuk melindungi dan menutup
dirinya. Pakaian yang dimaksud adalah pakaian yang layak dan tepat untuk digunakan.
Fungsi atau tujuan utama dari adanya pakaian adalah untuk melindungi tubuh
manusia, khususnya kulit, dari pengaruh lingkungan luar (eksternal), seperti
sinar UV (ultraviolet) matahari. Pada dasarnya tidak sembarang jenis/bahan yang
ada pada sebuah pakaian dapat dijadikan pakaian. Maksudnya, apabila pakaian
tersebut kurang tepat digunakan pada kondisi tertentu, maka akan menimbulkan
beberapa masalah seperti rasa yang tidak nyaman dalam berpakaian atau kulit
menjadi sedikit gatal.
Untuk membuat pakaian baik itu
kemeja, kaos, celana, dan lain-lain digunakan berbagai macam jenis kain atau
bahan. Biasanya pemilihan jenis kain ini disesuaikan dengan fungsi dari pakaian
itu sendiri. Berikut adalah jenis-jenis kain/bahan dalam pembuatan pakaian:
1.
Kain Katun
Kain
katun adalah jenis kain rajut (knitting) yang berbahan dasar serat kapas.
Terdapat jenis kain yang mirip dengan kain katun yaitu kain PE. Cara mudah
membedakannya adalah apabila kain katun dibakar maka baunya seperti kertas atau
kayu dibakar dan akan menjadi abu.
Keunggulan:
1.
Tidak kisut apabila dicuci
2.
Tidak luntur untuk bahan berwarna
3.
Mudah disablon
4.
Menyerap keringat
5.
Tidak berbulu
Untuk
bahan kaos oblong sendiri banyak menggunakan jenis katun kombed, atau katun
kardet. Banyak kaos-kaos distro di Indonesia yang menggunakan jenis combed
cotton 20s atau 30s.
2.
Kain Pique atau sering disebut lacoste
Kain
lacoste pique biasa digunakan untuk membuat kaos polo/kerah/wangki. Untuk
membuat kaos kerah tersebut biasanya digunakan kerah jadi. Kerah jadi adalah
bahan kerah yang sudah jadi diproduksi oleh pabrik dan tinggal jahit. Kerah
bikin adalah kerah yang dibuat sendiri oleh tukang jahit dengan menggunakan
bahan yang sama dengan bahan kaos (katun kombed dan kardet) dengan menambahkan
kain keras di dalamnya.
3.
Kain PE
Kain
PE (Poly Ester) adalah kain yang tingkatnya berada di bawah katun. Bahan
dasarnya adalah benang polyester. Sama dengan katun, PE juga tersedia dalam
bentuk bahan kaos oblong, lacoste/adidas, maupun pike. Untuk kain kaos yang
berbahan dasar PE bentuk dan teksturnya hampir mirip dengan kain kaos yang
berbahan dasar katun (cotton). Cara mudah membedakannya adalah kain PE apabila
dibakar maka baunya seperti plastik dibakar, jalan apinya cepat dan akan
menjadi arang.
Keunggulan:
Murah
Kelemahan:
Pada
beberapa jenis PE untuk bahan kaos, kain ini rawan kisut apabila dicuci dan mudah
luntur.
Pada
jenis PE untuk bahan sweater, biasanya suka berbulu sesudah beberapa kali
dicuci.
4.
Light weight wools
Untuk
lightweight wools, sesuai dengan namanya, kain wol ini tergolong ringan dan
bisa dipadukan dengan apa saja. Jatuhnya di badan pun enak dilihat.
Kelebihannya, kain ini awet.
5.
Cashmere
Bahan
ini tergolong mewah, dengan kualitas prima. Jangan heran bila embel-embel price-tagnya
pun tergolong menguras kantung. Dipadukan dengan rok yang elegan ataupun dengan
jeans saja, cashmere tetap terlihat mewah dan mahal. Semakin sering dicuci,
bahan ini akan semakin halus.
6.
Jersey
Untuk
bahan satu ini, agar jatuhnya enak dan terlihat oke melekat di lekuk tubuh
Anda, pilih yang bahannya agak berat. Satu ukuran lebih besar akan menghindari
kesan pakaian melekat ketat yang tidak enak dilihat.
7.
Denim
Denim
alias bahan jeans. Semakin gelap warnanya, semakin mudah mencari padanannya.
Selain itu juga denim yang berwarna gelap akan terlihat lebih rapi dan formal
daripada yang terang.
Keadaan geografis merupakan suatu
keadaan yang secara alamiah terjadi di bumi. Keadaan geografis ini meliputi musim
dan iklim. Indonesia merupakan negara dengan dua musim yaitu musim hujan dan
kemarau.
Iklim dapat diartikan sebagai
kondisi rata-rata cuaca dalam waktu yang panjang. Iklim di bumi sangat
dipengaruhi oleh posisi matahari terhadap bumi. Terdapat beberapa klasifikasi
iklim di bumi yang ditentukan oleh letak geografis. Iklim yang dikenal di
Indonesia ada tiga, antara lain:
1.
Iklim Musim
2.
Iklim Tropika (tropis), terjadi karena Indonesia terletak di sekitar garis
khatulistiwa. Akibatnya, Indonesia termasuk daerah tropika (panas).
3.
Iklim Laut, terjadi karena Indonesia adalah negara kepulauan. Sebagian besar
tanah daratan Indonesia dikelilingi oleh lautan atau samudera. Itulah sebabnya
di Indonesia terdapat iklim laut. Sifat dari iklim ini yaitu lembab dan banyak
mendatangkan hujan, sehingga cenderung lebih dingin daripada daerah yang berada
pada iklim tropika.
I.2 Tujuan Penulisan
1.
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Softskill (Bahasa Indonesia 2).
2.
Untuk memberikan informasi kepada para pembaca tentang pengaruh iklim terhadap
pakaian.
3.
Untuk memberikan informasi mengenai jenis-jenis kain/bahan yang cocok untuk
kondisi tertentu.
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Hipotesa
Alat
uji hipotesa yang diasumsikan dalam karangan ilmiah ini menggunakan analisis
uji kebebasan Chi Kuadrat.
Ho
(hipotesa nol) : Tidak
ada hubungan antara keadaan geografis dan pakaian
Ha
(hipotesa alternatif) : Ada
hubungan antara keadaan geografis dan pakaian
Hasil
hipotesa ditentukan oleh:
1.
χ2 hitung ≤ χ2 tabel = Ho
Diterima
/ Ha Ditolak
2.
χ2 hitung > χ2 tabel = Ho
Ditolak
/ Ha Diterima
Dalam karangan ilmiah ini diasumsikan bahwa hasil
untuk pengujian Chi Kuadrat untuk masing-masing variabel adalah sebagai
berikut:
Pengaruh
keadaan geografis (iklim) terhadap jenis kain / bahan pakaian yang akan
digunakan, diasumsikan χ2 hitung > χ2 tabel,
dengan keputusan Ho ditolak / Ha diterima.
BAB III
PENUTUP
III.1 Simpulan
Berdasarkan hasil asumsi hipotesa di
atas, maka dapat diambil sebuah simpulan bahwa ada hubungan antara keadaan
geografis (iklim) dan pakaian. Dengan kata lain, keadaan geografis (iklim)
dapat memberikan pengaruh terhadap jenis kain / bahan pakaian yang akan
digunakan. Bagi masyarakat yang bertempat tinggal di daerah yang panas
(tropis), maka pakaian yang tepat untuk dijual adalah pakaian yang berbahan
tipis, yang mudah untuk menyerap keringat. Sebaliknya bagi masyarakat yang
bertempat tinggal di daerah yang lebih dingin dan lembab seperti di daerah
pesisir pantai dan pegunungan, maka pakaian yang tepat untuk dijual adalah
pakaian yang berbahan lebih tebal. Apabila kondisi yang seperti demikian dapat
dimanfaatkan dengan seoptimal mungkin, bukan mustahil akan mempengaruhi tingkat
penjualan pakaian. Oleh karena itu, kita harus bisa menyesuaikan pakaian yang
akan dijual dengan keadaan geografis (iklim) yang berpengaruh di lingkungannya.