Nama : Rio Wahyudi
Kelas : 3EB01
NPM : 26210011
Resensi
Novel “Perahu Kertas” Karya Dewi Lestari (Dee)
Sinopsis:
Kisah
ini dimulai dengan Keenan, seorang remaja pria yang baru lulus SMA, yang selama
enam tahun tinggal di Amsterdam bersama neneknya. Keenan memiliki bakat melukis
yang sangat kuat, dan ia tidak punya cita-cita lain selain menjadi pelukis,
tapi perjanjiannya dengan ayahnya memaksa ia meninggalkan Amsterdam dan kembali
ke Indonesia untuk kuliah. Keenan diterima berkuliah di Bandung, di Fakultas
Ekonomi.
Di
sisi lain, ada Kugy, cewek unik cenderung eksentrik, yang juga akan berkuliah
di universitas yang sama dengan Keenan. Sejak kecil, Kugy menggila-gilai
dongeng. Tak hanya koleksi dan punya taman bacaan, ia juga senang menulis
dongeng. Cita-citanya hanya satu yaitu ingin menjadi juru dongeng. Namun Kugy
sadar bahwa penulis dongeng bukanlah profesi yang meyakinkan dan mudah diterima
lingkungan. Tak ingin lepas dari dunia menulis, Kugy lantas meneruskan studinya
di Fakultas Sastra.
Kugy
dan Keenan dipertemukan lewat pasangan Eko dan Noni. Eko adalah sepupu Keenan,
sementara Noni adalah sahabat Kugy sejak kecil. Terkecuali Noni, mereka semua
hijrah dari Jakarta, lalu berkuliah di universitas yang sama di Bandung. Mereka
berempat akhirnya bersahabat karib.
Lambat
laun, Kugy dan Keenan, yang memang sudah saling mengagumi, mulai mengalami
transformasi. Diam-diam, tanpa pernah berkesempatan untuk mengungkapkan, mereka
saling jatuh cinta. Namun kondisi saat itu serba tidak memungkinkan. Kugy sudah
punya kekasih bernama Joshua. Sementara Keenan saat itu dicomblangkan oleh Noni
dan Eko.
Persahabatan
empat sekawan itu mulai merenggang. Kugy lantas menenggelamkan dirinya dalam
kesibukan baru, yakni menjadi guru relawan di sekolah darurat bernama Sakola
Alit. Di sanalah ia bertemu dengan Pilik, muridnya yang paling nakal. Pilik dan
kawan-kawan berhasil ia taklukkan dengan cara menuliskan dongeng tentang kisah
petualangan mereka sendiri, yang diberinya judul “Jenderal Pilik dan Pasukan Alit”. Kugy menulis kisah tentang
murid-muridnya itu hampir setiap hari dalam sebuah buku tulis, yang kelak ia
berikan pada Keenan.
Kedekatan
Keenan dengan Wanda (seorang yang membantu Noni dan Eko dalam mencomblangi
Keenan dan Kugy), yang awalnya mulus pun mulai berubah. Keenan disadarkan
dengan cara yang mengejutkan bahwa impian yang selama ini ia bangun harus
kandas dalam semalam. Dengan hati hancur, Keenan meninggalkan kehidupannya di
Bandung, dan juga keluarganya di Jakarta. Ia lalu pergi ke Ubud, tinggal di
rumah sahabat ibunya, Pak Wayan.
Masa-masa
bersama keluarga Pak Wayan, yang semuanya merupakan seniman-seniman sohor di
Bali, mulai mengobati luka hati Keenan pelan-pelan. Sosok yang paling
berpengaruh dalam penyembuhannya adalah Luhde Laksmi, keponakan Pak Wayan.
Keenan mulai bisa melukis lagi. Berbekalkan kisah-kisah Jenderal Pilik dan
Pasukan Alit yang diberikan Kugy padanya, Keenan menciptakan lukisan serial
yang menjadi terkenal dan diburu para kolektor.
Kugy,
yang juga sangat kehilangan sahabat-sahabatnya dan mulai kesepian di Bandung,
menata ulang hidupnya. Ia lulus kuliah secepat mungkin dan langsung bekerja di
sebuah biro iklan di Jakarta sebagai copywriter. Di sana, ia bertemu dengan
Remigius, atasannya sekaligus sahabat abangnya. Kugy meniti karir dengan cara
tak terduga-duga. Pemikirannya yang ajaib dan serba spontan membuat ia melejit
menjadi orang yang diperhitungkan di kantor itu.
Namun
Remi melihat sesuatu yang lain. Ia menyukai Kugy bukan hanya karena ide-idenya,
tapi juga semangat dan kualitas unik yang senantiasa terpancar dari Kugy. Dan
akhirnya Remi harus mengakui bahwa ia mulai jatuh hati. Sebaliknya, ketulusan
Remi juga akhirnya meluluhkan hati Kugy.
Sayangnya,
Keenan tidak bisa selamanya tinggal di Bali. Karena kondisi kesehatan ayahnya
yang memburuk, Keenan terpaksa kembali ke Jakarta, menjalankan perusahaan
keluarganya karena tidak punya pilihan lain.
Pertemuan
antara Kugy dan Keenan tidak terelakkan. Bahkan empat sekawan ini bertemu lagi.
Semuanya dengan kondisi yang sudah berbeda. Dan kembali, hati mereka diuji.
Kisah cinta dan persahabatan selama lima tahun ini pun berakhir dengan kejutan
bagi semuanya. Akhirnya setiap hati hanya bisa kembali pasrah dalam aliran
cinta yang mengalir entah ke mana. Seperti perahu kertas yang dihanyutkan di
parit atau sungai, tapi selalu bermuara di tempat yang sama. Meski kadang
pahit, sakit, dan meragu, tapi hati sesungguhnya selalu tahu.
Kelebihan:
- Dikemas
dalam sebuah cerita yang sangat menarik bagi para pembacanya, khususnya
kalangan remaja, karena novel ini menggunakan bahasa pergaulan sehari-hari.
- Tidak
hanya menceritakan masalah percintaan, melainkan juga tentang persahabatan
dan cita-cita.
- Memuat
berbagai pengalaman dan motivasi hidup tentang perjuangan dan semangat
dalam menggapai cita-cita dan kesetia-kawanan.
- Diwarnai
oleh pergelutan idealisme, tawa, tangis, dan cinta. Semua dikemas secara
rapi oleh Dee sehingga meninggalkan bekas yang mendalam setelah membaca
novel ini.
Kekurangan:
- Terlalu
banyak setting tempat yang digunakan sehingga pembaca menjadi bingung
dalam memahami jalan ceritanya.
- Di
beberapa bagian cerita kurang menarik sehingga menimbulkan kebosanan
pembacanya dalam mendalami novel.
- Kurang
menantangnya dalam hal percintaan.