Jumat, 06 April 2012

BATARA WISNU

BATARA WISNU
Kata Wisnu berasal dari bahasa Sansekerta. Kata Wis berarti menempati, memasuki, atau mengisi, dan mendapat akhiran -nu. Jadi, kata Wisnu dapat diartikan sebagai sesuatu yang menempati segalanya.
Susastra Hindu banyak menyebut-nyebut nama Wisnu di antara dewa-dewi lainnya. Dalam kitab Weda, dewa Wisnu muncul sebanyak 93 kali. Dia sering muncul bersama dengan Indra, yang membantunya membunuh Wretra, dan bersamanya dia meminum Soma. Hubungannya yang dekat dengan Indra membuatnya disebut sebagai saudara. Dalam Weda, Wisnu muncul tidak sebagai salah satu dari delapan Aditya, namun sebagai pemimpin mereka. Karena mampu melangkah di tiga alam, maka Wisnu dikenal sebagai Tri-wikrama atau Uru-krama untuk langkahnya yang lebar. Langkah pertamanya di bumi, langkah keduanya di langit, dan langkah ketiganya di dunia yang tidak bisa dilihat oleh manusia, yaitu di surga.
Dalam kitab Purana, Wisnu sering muncul dan menjelma sebagai seorang Awatara, seperti misalnya Rama dan Kresna, yang muncul dalam Itihasa (wiracarita Hindu). Dalam penitisannya tersebut, Wisnu berperan sebagai manusia yang unggul.
Dalam kitab Bhagawadgita, Wisnu menjabarkan ajaran agama dengan mengambil sosok sebagai Sri Kresna, kusir kereta Arjuna, menjelang perang di Kurukshetra berlangsung. Pada saat itu pula Sri Kresna menampakkan wujud rohaninya sebagai Wisnu, kemudian ia menampakkan wujud semestanya kepada Arjuna.
Dalam Purana dan selayaknya penggambaran umum, Dewa Wisnu dilukiskan sebagai dewa yang berkulit hitam-kebiruan atau biru gelap, berlengan empat, masing-masing memegang gada, lotus, sangkala, dan cakram. Yang paling identik dengan Wisnu adalah senjata cakram dan kulitnya yang berwarna biru gelap. Dalam filsafat Waisnawa, Wisnu disebutkan memiliki wujud yang berbeda-beda atau memiliki aspek-aspek tertentu.
Dalam filsafat Waisnawa, Wisnu memiliki enam sifat ketuhanan :
1. Jñana  mengetahui segala sesuatu yang terjadi di alam semesta.
2. Aishvarya  maha kuasa, tak ada yang dapat mengaturnya.
3. Shakti  memiliki kekuatan untuk membuat yang tak mungkin menjadi mungkin.
4. Bala  maha kuat, mampu menopang segalanya tanpa merasa lelah.
5. Virya  kekuatan rohani sebagai roh suci dalam semua makhluk.
6. Tèjas  memberi cahaya spiritualnya kepada semua makhluk.
Dalam Purana, Wisnu disebutkan bersifat gaib dan berada dimana-mana. Untuk memudahkan penghayatan terhadapnya, maka simbol-simbol dan atribut tertentu dipilih sesuai dengan karakternya, dan diwujudkan dalam bentuk lukisan, pahatan, dan arca. Dewa Wisnu digambarkan sebagai berikut :
a. Seorang pria yang berlengan empat. Berlengan empat melambangkan segala kekuasaanya dan segala kekuatannya untuk mengisi seluruh alam semesta.
b. Kulitnya berwarna biru gelap atau seperti warna langit. Warna biru melambangkan kekuatan yang tiada batas, seperti warna biru pada langit abadi atau lautan abadi tanpa batas.
c. Di dadanya terdapat simbol kaki Resi Brigu.
d. Terdapat simbol srivatsa di dadanya, simbol Dewi Laksmi, pasangannya.
e. Pada lehernya, terdapat permata Kaustubha dan kalung dari rangkaian bunga.
f. Memakai mahkota, melambangkan kuasa seorang pemimpin.
g. Memakai sepasang giwang, melambangkan dua hal yang selalu bertentangan dalam penciptaan, seperti kebijakan dan kebodohan, kesedihan dan kebahagiaan, kenikmatan dan kesakitan.
h. Beristirahat dengan ranjang Ananta Sesa, ular suci.
Wisnu sering dilukiskan memegang empat benda yang selalu melekat dengannya, yakni :
1. Terompet kulit kerang atau Shankhya, bernama “Panchajanya”, dipegang oleh tangan kiri atas, simbol kreativitas. Panchajanya melambangkan lima elemen penyusun alam semesta dalam agama Hindu, yakni air, tanah, api, udara, dan petir.
2. Cakram, senjata berputar dengan gerigi tajam, bernama “Sudarshana”, dipegang oleh tangan kanan atas, melambangkan pikiran. Sudarshana berarti pandangan yang baik.
3. Gada yang bernama Komodaki, dipegang oleh tangan kiri bawah, melambangkan keberadaan individual.
4. Bunga lotus atau Padma, simbol kebebasan. Padma melambangkan kekuatan yang memunculkan alam semesta.
Dewa Wisnu memiliki hubungan dengan Dewi Lakshmi, Dewi kemakmuran yang merupakan istrinya. Selain dengan Indra, Wisnu juga memiliki hubungan dekat dengan Brahma dan Siwa sebagai konsep Trimurti. Kendaraan Dewa Wisnu adalah Garuda, Dewa burung. Dalam penggambaran umum, Dewa Wisnu sering dilukiskan duduk di atas bahu burung Garuda tersebut.
Dalam pementasan wayang Jawa, Wisnu sering disebut dengan gelar Sanghyang Batara Wisnu. Menurut versi ini, Wisnu adalah putra kelima Batara Guru dan Batari Uma. Dia merupakan putra yang paling sakti di antara semua putra Batara Guru.
Menurut mitologi Jawa, Wisnu pertama kali turun ke dunia menjelma menjadi raja bergelar Srimaharaja Suman. Negaranya bernama Medangpura, terletak di wilayah Jawa Tengah sekarang. Dia kemudian berganti nama menjadi Sri Maharaja Matsyapati, merajai semua jenis binatang air.
Selain itu Wisnu juga menitis atau terlahir sebagai manusia. Titisan Wisnu menurut pewayangan antara lain :
1. Srimaharaja Kanwa
2. Resi Wisnungkara
3. Prabu Arjunasasrabahu
4. Sri Ramawijaya
5. Sri Batara Kresna
6. Prabu Airlangga
7. Prabu Jayabaya
8. Prabu Anglingdarma
9. Prabu Ken Arok
10. Prabu Kertawardhana
Menurut saya, berdasarkan sifat dan gambaran dari sosok Batara Wisnu di atas, orang di pemerintahan yang kurang lebih seperti itu adalah Bapak Presiden kita yang terhormat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Mengapa demikian? Karena apabila kita mengacu pada keterangan di atas, ada beberapa kesamaan yang dominan dari segi sifat maupun gambaran, di antara Batara Wisnu dan Pak SBY. Salah satu sifat dari Batara Wisnu adalah tidak ada yang dapat mengaturnya, siapapun itu. Posisi Presiden di suatu negara misalnya Indonesia, merupakan posisi yang paling tinggi di luar kebijakan MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat) yang dapat mengangkat dan menurunkan Presiden dari jabatannya. “Seharusnya dan sebenarnya” haruslah seperti itu sesuai dengan mekanisme yang telah ada. Presiden merupakan kepala negara atau kepala pemerintahannya. Dialah yang dapat memerintah ini dan itu, namun sebaliknya tidak ada yang dapat memerintahnya. Itulah mengapa saya mengatakan ada kemiripan di antara Batara Wisnu dan Pak SBY.
Selain itu, berdasar pada gambaran di atas, Batara Wisnu memiliki empat lengan atau tangan yang melambangkan segala kekuasaan ada padanya. Dalam hal ini, kaitannya dengan Pak SBY adalah dia memiliki banyak anak buah yang dapat digerakkannya (bagaikan memiliki 4 tangan) untuk menjalankan pemerintahan. Misalnya dari partai Demokrat saja, Pak SBY mempunyai Anas Urbaningrum dan Andi Malaranggeng. Kemudian Batara Wisnu memakai mahkota yang berarti kuasa seorang pemimpin. Sama halnya dengan Pak SBY, kuasa seorang pemimpin (Presiden). Lalu Batara Wisnu memakai sepasang giwang yang berarti dua hal yang selalu bertentangan, seperti kesedihan dan kebahagiaan. Di dalam pemerintahan Indonesia, ada kalanya dia dibenci dan ada kalanya dia dipuji. Baik pro maupun kontra, harus ditanggung oleh Pak SBY sebagai suara hati masyarakat.
Pada akhirnya, kesimpulan saya adalah baik Batara Wisnu maupun Pak SBY, mereka adalah dua sosok yang berbeda, meskipun ada beberapa kemiripan dari segi sifat. Batara Wisnu adalah Batara Wisnu, Pak SBY adalah Pak SBY, dengan semua kelebihan dan kekurangan masing-masing yang mereka punya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar