Minggu, 03 Juni 2012

Cerpen : Romrom n’ Juju (part 1)

Ini merupakan kisah lama yang sangat lama sekali, saking lamanya narator yang lama diganti dengan narator yang baru. Sepenggal kisah yang dulu pernah diceritakan oleh kakekku. Kisah tentang Romrom n’ Juju. Sedikit mirip kisah Romeo n’ Juliet memang, liat aja judulnya juga mirip. Begini kisahnya... Suatu hari di Desa Suka-suka, lahirlah seekor kambing jantan dengan muka melas (???) eh, maksudnya lahirlah seorang puteri dari sepasang petani timun. Puteri kecilnya lahir di pinggir jurang Jumella, karena waktu itu si ibu nekat ngidam piknik di pinggir jurang, dan karena lahirnya bulan Juni hampir Juli, diberilah nama Junillia kepada puterinya (disingkat Juju). Juju lahir di pinggir jurang, artinya dia adalah seorang pelaut (???!!!). Yaa karena lahir di tempat yang tidak se-lazim-nya, Juju memiliki kepribadian yang tegar, dan kuat (bukan supermen ya). Selain itu Juju juga terkenal sebagai kembang desa di Desa Suka-suka karena parasnya yang cantik juga kebaikan hatinya. Berita tentang kembang desa yang satu ini sampai ke desa-desa sebelah. Ternyata, di Desa Suka Kamu ada seorang pria yang merupakan anak kepala desa mendengar berita tersebut. Karena penasaran, pria yang kerap di sapa Romrom ini memulai perjalanannya menuju Desa Suka-suka. Tapi sebelumnya Romrom pamit dulu sama Ibu dan Bapak, pamitnya mau maen ke rumah temen padahal mau nyamper cewek... ***** Juju tidak mengetahui bahwa dirinya saat ini merupakan buah bibir sampai ke desa tetangga, kalau dia tau, pasti makin narsis. Keluarga Juju yang merupakan keluarga biasa-biasa saja dan tergolong biasa aja gitu, sedang asik kumpul makan bersama di teras rumah. Mereka asik ngelalap timun sama kemangi pake sambel terasi (sedeeep beneeer), tiba-tiba Ibu Juju memulai pembicaraan, “Ju, tadi kamu udah motong-motong berapa timun yang buat acar, Ju?”. Juju menjawab dengan polosnya, “ehm, sudah satu, dua, tiga, empat, lima,,, aduuh Juju lupa Bu. Juju itung dulu deh Bu...”. “Etdah, apa yang mau diitung, Ju? Lah kan timunnya udah kamu cincang-cincang, begimana ngitungnya coba?”, Bapak nyelak duluan sebelun Juju ngacir ke dapur. “Oh iya Pak, Juju lupa... hehehe...”, cengir si Juju. “Iye, maksud Ibu tadi udah berapa kilo timun yang kamu potong tadi, Ju??”, kata Ibu. “Kayaknya ada empat kiloan, Bu...”, jawab Juju. “Ehm...”, Ibu mendehem doang. Tiba-tiba suasana jadi berasa nggak enak pas Ibu bilang..... “Ju, kamu tau nggak orang yang mesen acar timun kita ini?”, tanya Ibu. Juju diam sejenak, konsentrasi, tatap mata Juju.....lalu menjawab, “ooh, kang Ojan kan, Bu?”. “Iya, Ojan. Ojan sekarang jadi pebisnis loh, Ju. Hebat ya dia”, kata Ibu, promosi. “Wah, iya hebat... Isterinya kayak apa ya, Bu?”, tanya Juju iseng. “Yang pasti mah, isteri orang seperti Ojan pasti cantik, baik hati, tidak sombong serta rajin menabung, Ju. Ya seperti kamu gitu calon isterinya Ojan.”, sambil melirik Bapak yang lahap ngelalap. Kenapa si Ibu ya??, batin Bapak. Juju masih membayangkan isteri Ojan sambil cengengesan gak sadar. ***** Di sisi lain, Romrom yang sedang dalam perjalanan menuju Desa Suka-suka mendapat sedikit trouble, nih! “wah! Ada nenek nyebrang!!!”, Romrom kaget melihat kemunculan nenek bertudung hitam itu tiba-tiba muncul di tengah jalan. CKIIIITTT....... otomatis Romrom menghentikan keledainya yang mirip kuda itu. Terjungkalah Romrom, lalu jatuh tepat di atas pup kerbau #iiuuuuhh. Aappeeesss~ batin Romrom dalam hati. Nenek tadi lalu menghampiri Romrom yang celemotan “itu” kerbau dan berkata, “cu, kamu tidak apa-apa, cu? Maafkan nenek ya, cu... hihiihiihiih”. Hih?! Nenek ketawanya serem amat... batinnya lagi. “ah, nggak apa-apa nek. Kebetulan di sana ada sungai, saya bisa bersihkan “ini” kerbau di sana.” Sambil tersenyum lalu menuju sungai Romrom langsung mencuci wajah dan rambutnya dengan sabun cuci muka. “Puaahh, segaaarr....”, kata Romrom seusai cuci muka. Ia kaget karena nenek tadi masih ada di dekat keledainya. “loh, nek, kok masih di sini? Saya fikir nenek sudah pulang”, tanyanya. Nenek itu tersenyum lalu mengeluarkan sebuah apel merah kemudian di berikannya kepada Romrom yang sedang bingung itu. Semakin bingunglah si Romrom, Lah, kenapa nenek ini malah ngasih saya apel? Terima nggak ya??? Seperti bisa membaca apa yang Romrom fikirkan, sang nenek berkata, “Terimalah, cu. Ini sebagai permintaan maaf nenek karena membuatmu kaget, hihihihiiih”, “ehm, tidak apa-apa kok nek..”, sambil tersenyum Romrom menolak dengan halus. Tapi nenek tidak menyerah, “terimalah, karena ini bukan apel biasa. Mungkin apel ini bisa membantumu jika suatu saat kau membutuhkannya”, jelas si nenek. Nenek lalu mengeluarkan kantung dan menaruh apel tadi ke dalamnya, beliau mengeluarkan apel lagi lalu berkata, “ini sebagai permintaan maaf karena sudah membuatmu jatuh di atas “itu” kerbau, hihihihiiih”, beliau masukan lagi ke dalam kantung, lalu mengeluarkan satu apel lagi, tapi sebelum nenek angkat bicara, Romrom menyela, “ah, maaf nek. Nenek punya kantong doraemon ya? Nenek kan nggak bawa tas, kok bisa ngeluarin apel? Tiga buah pula...ckckck”, decaknya kagum. “hihihihiiih, bukan, cu.. nenek sebenernya bawa tas ransel nih di belakang”, sambil nunjuk ke punggungnya. “oalaah, saya kira itu punggung nenek yang udah osteroporosis...”, BUUUGG!! “sembarangan kamu, cu!!”. Nenek memberikan kantung yang berisi tiga buah apel ajaib tadi kepada Romrom yang benjol di keplak tas ransel yang isinya apel semua. Sambil berlalu pergi, nenek berkata, “berikan apel-apel itu kepada orang-orang yang menentangmu, cu. Jika perkataanmu jujur setulus hati, orang-orang yang menentang perkataanmu pasti akan luluh. Percayalah.....” Begitu buka mata, si nenek sudah tidak ada. “aduuh nek, kemana si nenek ngilang cepet bener..ckck, hebat..”, sambil meringis ngusap-ngusap benjol. Romrom menyimpan apelnya lalu melanjutkan berjalanan. Satu kilometer kemudian sampailah Ia di depan rumah Juju. Segera Romrom mengetuk pintu rumah Juju yang emang udah agak reot, TOK TOK TOOK... “yaaa...??”, muncul sahutan dari samping rumah. Ternyata itu Juju!! Romrom terpesona pada pandangan pertamanya melihat Juju yang datang menghampirinya. Romrom tidah dapat mengendalikan fikirannya, tanpa ia sadari bahwa mulutnya terbuka nganga (awas kemasukan laler). “Maaf, akang cari siapa ya?”, tanya Juju yang heran melihat pria itu ngalamun. “Eh, ya? Kenapa? Aduh.. Anu..”, Romrom gelagapan grogi. Wah, bener-bener deh, baru kali ini ada wanita secantik dia... Inikah rasanya jatuh cinta pada pandangan pertama??, ucap Romrom dalam hati sambil senyum-senyum. Juju agak bingung dengan kelakuan pria ganteng (Romrom memang lumayan ganteng ceritanya) di hadapannya itu. Tapi, semakin Juju memperhatikan wajah Romrom, Ia seperti terhisap kedalamnya... Romrom laksana spons yang meresap Juju ke dalam hatinya. Juju pun merasakan rasa yang lucu dan menggeletik dari dalam hatinya. “juu.... Jujuuuu...!! JUJUUUU!!!!”, teriak Ibu dari kebon timun. “Astaga, Ibu?? Iya, Bu, ada apaa??”, sahut Juju. Juju baru saja ingin pergi meninggalkan pria asing tadi, tapi, belum sempat Juju menghampiri Ibunya, ditariklah tangan Juju oleh Romrom... “Tunggu....”, pintanya. “Ada apa? Tapi saya dipanggil Ibu saya”, elak Juju. “Sebentar. Perkenalkan, saya Rommy. Boleh saya tahu namamu wahai bidadari yang turun ke hatiku?”, pinta Romrom sebentar. Dengan agak tersipu, Juju menjawab, “aku Junillia...”, Juju pun berlari ke dapur menghampiri Ibunya. Wajahku kenapa panas beginii...??, batin Juju sambil memegangi wajahnya yang merah merona. Tapi, Ibu Juju yang melihat semua kejadian tadi tidak mau tinggal diam. Ibu bertanya dengan sedikit jutek, “Juju, siapa pria asing tadi? Sepertinya bukan dari Desa sini! Ada urusan apa dia??”. “Juju juga kurang tahu, Bu. Tadi aku cuma bicara sebentar sampai Ibu memanggil Juju tadi”, jawabnya. “Kamu tahu tidak? Tidak baik bicara dengan orang asing.... ngerti?!”, ucap Ibu tegas. “Iya, Bu. Tapi perasaan Juju bilang kalau dia bukan pria jahat, Bu”, ucap Juju dengan polosnya. “Fikiran orang mana kita tahu, sih, Ju.”, cela Ibu. Juju terdiam #speechless. “Mending sama yang pasti-pasti ajalah, Ju... Ojan tuh orangnya baik, masa depannya juga terjamin..... Masa depan Ojan jelas, jelas-jelas dia bisnismen, udah jelas punya uang.... Lebih baik kamu coba pacaran sama Ojan, Ju”, promo lagi nih Ibu. “tapi Juju nggak ada perasaan khusus ke kang Ojan, Bu..” “euleuh euleuh... perasaan khusus mah lama-lama juga timbul! Coba dulu lah kamu pedekate sama Ojan...” “tapi, Bu........” “nggak ada tapi-tapian. Kamu tunggu di sini, jangan ke depan!”, lalu Ibu berjalan ke depan menghampiri Romrom. “ah, selamat siang, Bu...”, sapa Romrom basa-basi “kamu siapa? Ada urusan apa di rumah saya?”, tanya Ibu tanpa basa-basi “perkenalkan, Bu, nama saya Rommy. Saya dari Desa Suka Kamu. Iya, saya ke sini karena ingin bertemu dengan kembang desa Suka-suka yang sedang jadi buah bibir..”, jelas Romrom “Oh, dari desa sebelah..pantas Ibu nggak pernah lihat kamu di sini. Sudah ketemu kan sama anak saya yang kembang desa Suka-suka?” ucap Ibu tegas Sambil cengar-cengir Romrom menjawab, “iya, sudah, Bu..” “terus mau apa lagi kamu?”, rada jutek nih Ibu nanyanya.. “begini, Bu, saya suka sama Junillia anak Ibu. Saya ingin langsung melamar Junillia, bu..”, pinta Romrom baik-baik kepada Ibu Juju. “oo, tidak bisa. Juju sudah saya jodohkan dengan bisnismen dari desa sini. Lebih baik kamu pulang saja sana!” tegasnya “tapi, kan baru dijodohkan. Sementara saya ingin melamarnya, Bu..”, pinta Romrom “PULANG..!!!”, Ibu Juju naik darah Teringat perkataan nenek yang bawa ransel tadi, Romrom mengeluarkan kantung apelnya dan mengeluarkan sebuah apel yang kemudian diberikannya kepada Ibu Juju sambil berkata, “kalau begitu, ini ada oleh-oleh dari saya untuk Ibu..” “apa-apaan kamu memberi saya apel hanya sebuah?!!”, Ibu Juju merasa terhina dan marah “tapi ini bukan apel biasa, bu. Apel ini rasanya manis seperti ketulusan saya yang ingin meminang puteri Ibu, dan apel ini khusus saya berikan hanya untuk Ibu. Setelah Ibu menerima apel ini, saya akan pergi..”, jelas Romrom dengan wajah agak kecewa karena mendapatkan Ibu Juju yang tidak setuju... “baiklah! Tapi setelah ini kamu pergi..!”, Ibu mengambil apel tersebut dari tangan Romrom dengan kasar, dan Romrom menjawab, “iya”. Sebenarnya sejak tadi, Bapak dan Juju mengintip dari balik jendela rumah. Juju sedih, karena pria yang membuat hatinya menggelitik akan segera pergi. Juju berlari ke rumah pohonnya di pinggir sungai, duduk di sana sambil termenung membayangkan dirinya berpacaran dengan pria kamseupay sejenis Ojan, meskipun Ojan kaya tapi bukan kekayaan yang Juju inginkan. Juju hanya ingin perasaan lucu yang menggelitik itu muncul, tapi hanya pada Rommy-lah perasaan itu muncul. Untuk pertama kalinya, Juju, gadis tegar ini menitikkan air matanya. ***** To be continued

Tidak ada komentar:

Posting Komentar